Bahang kempen mula merasa sehingga 3 oktober ini...setiap cabang atau ranting mula berkempen hangat disetiap daerah atau negeri.pemilihan ini menentukan siapakah bakal bakal menerajui parti ini atau sebaliknya....tetapi adakah kita fikir bahawa..pemilihan yang kita pilih itu baik ,bagus atau sekadar memilih sahaja??
teringatkan kembali kata kata rakan saya yang membuat kita terfikir sejenak
“ Tidak ada pencetakan yang bisa mencetak pemimpin. Pemimpin tidak lahir
di bilik kuliah tetapi tumbuh sendiri dalam hempas pulas kancah,munculdi tengah-tengah pengumpulan masalah, menonjol dari kalangan rakan
seangkatannya lalu diterima dan di dokong oleh umat”
pemimpin yang bagus ialah Pemimpin yang Adil
Kepemimpinan lebih holistik dan lebih ampuh dalam memecahkan masalah bangsa dan negara. Misalnya kita mengingingkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, slogan yang berulang-ulang disebutkan oleh tokoh pemerintah maupun tokoh masyarakat. Tetapi banyak yang menyuarakannya tanpa makna, seperti suatu keharusan dalam isi pidato. Pemerintahan yang bersih dan berwibawa tidak bisa dicapai hanya dari tersedianya pemimpin yang bersih (tidak korupsi), tetapi rakyatnya perlu bersih juga (tidak korupsi dan sekaligus anti korupsi), juga system pengambilan keputusan dalam penggunaan dana negara harus bersih dan jelas. Lingkungan untuk berdialog antar pemimpin dan yang dipimpin juga ada. Jadi pemerintahan yang bersih dan berwibawa dapat dicapai apabila tersedia kepemimpinan yang bersih dan berwibawa.
Kita tidak perlu mengelu-ngelukan pesta demokrasi, karena hal yang terpenting adalah bagaimana memilih pemimpin tanpa pertikaian yang tajam, bahkan sampai menumpahkan darah, dan bagaimana mengawasi bersama jalannya pemerintah, dan yang lebih penting lagi membantu jalannya pemerintahan.
Tugas kepemimpinan itu adalah tugas pemimpin dan yang dipimpin, tugas seluruh umat tergantung pada skalanya masing-masing. Seorang pemimpin nasional tentu melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin nasional dengan segala urusannya, apakah itu sektor, pembangunan daerah, politik luar negeri dan seterusnya. Pemimpin daerah mengurus daerah, pemimpin departmen menangani departemen di bawah wewenangnya, dan seterusnya sampai pada tingkat rumah tangga dimana kepala rumah tangga bertanggung jawab mengurus rumah tangganya, bahkan sampai kepada tiap individu yaitu tiap orang bertanggung jawab mengatur dirinya sendiri sehingga memberi manfaat tidak saja bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.
Jadi pada dasarnya tiap individu dari sebuah bangsa mengemban amanat kepemimpinan. Untuk kita yang beriman seikhlasnya kepada Allah, tuntunannya sudah jelas seperti yang difirmankan Allah dalam Al-Quran serta teladan dan ajaran dari Rasulullah SAW. Perhatikan Sabda Allah dalam Surat Saad: ayat 26 berikut ini: “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah nobatkan kamu menjadi (pemimpin) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Dari firman Allah tersebut diatas kata Khalifah melekat dengan berlaku adil dan menahan diri dari hawa nafsu. Jadi kedua sifat ini sudah menjadi prasyarat khalifah atau pemimpin. Disiplin ilmu seperti organizational development dan institutional development membedakan antara leader dan ruler (administrator). Untuk orang awam kosa kata ini kelihatan sama saja. Sama-sama memerintah, sama-sama berkuasa, sama-sama punya pengikut dan umat dan banyak sekali kesamaannya.
Pemimpin seharusnya orang yang dicintai rakyatnya, orang yang memberi semangat, motivasi, dan inspirasi kepada yang dipimpin, dan orang yang mempunyai visi ke depan yang dapat dimengerti orang banyak dan bermanfaat bagi orang banyak. Sedangkan penguasa atau administrator adalah orang yang menjalankan roda pemerintahan karena faktor kewajiban saja, demi mencapai akses kepada kemakmuran pribadi yang lebih tinggi tingkatannya maka penguasa tersebut akan menjalankan kewajibannya sebagaimana yang lajim berlaku pada masa lalu.
Penguasa ini seringkali tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman. Kebiasaan menganiaya rakyat diteruskan tanpa menyadari perkembangan hebat dari internet. Penguasa ini berpikir bahwa perbuatannya menganiaya rakyat tidak ada yang mengetahui, padahal begitu ada peluang terbuka maka seseorang dapat saja merekam perbuatan penguasa tersebut, cukup dengan up loading ke You Tube, terbongkarlah segala perbuatan busuk penguasa tersebut. Belum lagi akan ditanya pertanggung jawabannya di akhirat oleh Allah SWT.
Teknologi You Tube akan menjadi usang di akhirat nanti, karena tangan, kaki, dan seluruh anggota badan akan berbicara melaporkan perbuatan durjana dari penguasa tersebut kepada Allah. Belum lagi rakyat yang teraniaya, tentu akan mendapat kesempatan menjadi saksi atas perbuatan terkutuk penguasa tersebut. Menjadi khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini, bukanlah pekerjaan enteng. Menjalankan peranan khalifah sebagai administrator/ruler saja bukanlah hal yang mudah mengingat perannya paling tidak menjalankan tradisi yang sudah berlaku dan meningkatkan mutu kehidupan negara dan bangsa. Apalagi menjadi Khalifah dengan kualitas sebagai pemimpin yang membawa muslim sebagai rahmatan lil alamin. Manusia yang membawa berkah kepada alam semesta.
Dalil adil dan kemampuan menahan diri dari hawa nafsu adalah dalil mutlak. Sudah disabdakan oleh Allah jauh sebelum penciptaan Adam A.S., jauh sebelum pengusiran Iblis dari surga kerena pembangkangannya (Surat Al- Baqarah ayat 30 menceritakan dialog pertama sebelum kehadiran Adam A.S.). Dalil adil dan kemampuan mengontrol diri jauh lebih penting dari faktor keturunan, lebih penting dari hubungan darah. Entah kenapa dunia ini didominasi pemikiran bahwa faktor keturunan sangatlah penting dalam pewarisan kepemimpinan. Anak bekas presiden atau wakil presiden memenuhi persyaratan menjadi presiden atau ketua partai.
Banyak sekali perdebatan apakah faktor biologi (keturunan) lebih penting dari faktor lingkungan dalam pertumbuhan seorang manusia. Kedua faktor tersebut memang sangat penting, ada faktor pembawaan yang memang diwariskan dari anak ke orang tua, namun apabila lingkungan tidak kondusif, maka faktor bawaan itu tidak berkembang seperti yang diharapkan. Anak-anak Presiden atau Wakil Presiden walaupun pergi ke sekolah umum, tidak dikungkung di dalam pagar istana. Namun tetap dalam lingkaran steril, karena kemanapun mereka pergi selalu dikelilingi pengawal.
Hal tersebut tidak menjamin bahwa anak-anak tersebut akan mewarisi bakat kepemimpinan dari ayah mereka.
Banyak anak Presiden atau anak pejabat gagal menyelesaikan pendidikan , kalaupun ada yang dapat selesai banyak sekali intervensi dari pengaruh orangtua. Kita menyaksikan betapa banyak anak-anak orang terpandang gagal menjalankan roda organisasi sosial atau gagal berbisnis, kalaupun kelihatan bisnisnya berhasil, sekali lagi faktor keberhasilannya adalah hasil intervensi pengaruh orangtua.
Kisah Nabi Ibrahim A.S. bukti dari ketetapan Allah bahwa faktor adil adalah lebih utama dari faktor keturunan. Firman Allah dalam Al Baqarah - 124: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia".
Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim". Orang yang lalim adalah orang yang tidak adil, walaupun itu keturunan nabi Ibrahim apa bila tidak adil, maka mereka tidak layak melanjutkan tugas kepemimpinan yang telah dianugrahkan Allah kepada Nabi Ibrahim A.S.
Dari surah Al-Baqarah ayat 124 Allah menunjukkan bahwa proses penciptaan, pembinaan, dan pengembangan seseorang menjadi pemimpin tidak lah mudah. Ibrahim A.S. harus menempuh berbagai macam ujian yang melewati batas kemampuan manusia biasa. Nabi Ibrahim menentang penyembahan berhala pada jaman kerajaan Babilonia.
Dengan keberanian yang luar biasa, Nabi Ibrahim mempertahankan prinsip monotheisme yaitu hanya satu Allah yang patut disembah. Kemudian dengan ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, Nabi Ibrahim menjalani hukuman dibakar hidup-hidup karena terbukti menghancurkan berhala sesembahan orang-orang Babilonia.
Ketika Allah memerintahkannya untuk pergi ke suatu tempat yang kering tanpa air dan makanan bahkan jauh dari permukiman lainnya, Nabi Ibrahim A.S. mematuhi perintah itu. Ketika Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya Ismail, yang kelahirannya telah ditunggu-tunggu berpuluh-puluh tahun, Nabi Ibrahim langsung melaksanakannya tanpa ragu-ragu, padahal hati seorang ayah akan tersayat dalam apabila tega menyembelih anaknya, darah daging kecintaannya. Namun kecintaan dan ketaatan kepada Allah adalah segalanya bagi Nabi Ibrahim sehingga ditunaikanlah perintah Allah.
Berdasarkan hal itulah Allah menobatkan seorang pemimpin dunia, Khalifah di muka bumi ini. Sudah tentu Nabi Ibrahim sangat bersuka cita dan memohon kepada Allah agar anak keturunannya juga menjadi pemimpin. Allah menegaskan bahwa hukum Allah tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.
Sekali lagi orang yang zalim adalah orang yang selalu melanggar hukum Allah. Pemaksaan diri untuk menjadi pimpinan negara seumur hidup yang mutlak adalah salah satu pelanggaran utama. Kekuasaan mutlak dan abadi hanyalah dimiliki oleh Allah. Kezaliman juga bisa dalam bentuk pamer kekuasaan, siapa yang menentang penguasa akan menerima hukuman. Memiliki kekuasaan absolut dan abadi adalah sebuah upaya menyetarakan diri dengan Allah. Kita harus ingat Firman Allah dalam Al Ikhlas ayat 4: “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan DIA (Allah).” Rasulullah memberikan definisi luas namun sederhana tentang siapa yang tidak adil, seperti yang diriwayatkan oleh Abdillah-ibn-Mas'ud. “…adalah mereka yang sujud kepada zat lain selain Allah dan meninggalkan perintah Allah, dan Allah telah berjanji bahwa orang yang tidak adil ini tidak akan jadi pemimpin dan tidak berharga menjadi pemimpin umat manusia.
Banyak sekali orang yang terbuai dan berlomba-lomba untuk menjadi penguasa dan atau menjadi pemimpin. Namun banyak juga yang melupakan konsekuensi menjadi penguasa atau pemimpin. Seperti yang diriwayatkan oleh Ma’qil bin Yasa’r: Rasulullah SAW bersabda. “Bila ada penguasa/pemimpin yang menelantarkan umat yang dipimpin, dia tidak akan masuk surga, bahkan tak akan tercium bau surga olehnya.” Dan dalam hadis lain yang diriwayatkan juga oleh Ma’qil bin Yasa’r Nabi Muhammad SAW bersabda, “Bila seorang penguasa/pemimpin meninggal ketika dia dalam keadaan menipu, berbohong, menyembunyikan sesuatu dari umat, maka Allah akan menutup pintu surge baginya.”
oleh itu saya mengingatkan bahawa Allah berikan pangkat dan harta didunia bukannya percuma...tetapi untuk disoal di akhirat kelak...
No comments:
Post a Comment